Wahai Saudaraku, Janganlah Dirimu Terlena Akan Pujian, Karena Bisa Jadi Itu Bahaya Untukmu

Loading...

Pujian bukan hanya sebagai apresiasi, namun bisa juga menjadi racun untuk kita apabila tak mampu menyikapinya. Benarkah demikian?

Pujian merupakan suatu yang diberikan oleh seseorang kepada orang lain yang dianggap memiliki prestasi. Pujian sering diberikan kepada kerabat dekat, teman, maupun orang yang mereka kagumi. Namun, sering kali pujian tersebut akan mengakibatkan seseorang yang dipuji merasa tinggi hati dan terlena dengan pujian yang diterimanya.

Sehingga bisa jadi, beberapa orang malah akan menjadi gila akan pujian dan yang diharap-harapkan adalah komentar baik orang lain. Padahal pujian seringkali menipu. Begitu pula kita pun sering berperilaku memuji orang lain di hadapannya. Dari satu sisi kala menimbulkan sisi negatif, ini adalah suatu hal yang tidak baik. Coba baca hadits-hadits berikut yang dibawakan oleh Imam Bukhari dalam kitab Al Adabul Mufrod dengan beberapa tambahan bahasan lainnya.

Tahukah bahwa memuji orang lain di hadapannya sama dengan menyembelihnya?

Dari Abu Bakrah, ia menceritakan bahwa ada seorang pria yang disebutkan di hadapan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu seorang hadirin memuji orang tersebut. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu bersabda,

ويحك قطعت عنق صاحبك، (يقوله مراراً)، إن كان أحدكم مادحاً لا محالة، فليقل: أحسِبَ كذا وكذا- إن كان يرى أنه كذلك – وحسيبه الله، ولا يزكي على الله أحداً

Celaka engkau, engkau telah memotong leher temanmu (berulang kali beliau mengucapkan perkataan itu). Jika salah seorang di antara kalian terpaksa/harus memuji, maka ucapkanlah, ”’Saya kira si fulan demikian kondisinya.” -Jika dia menganggapnya demikian-. Adapun yang mengetahui kondisi sebenarnya adalah Allah dan  janganlah mensucikan seorang di hadapan Allah.” (Shahih): [Bukhari: 52-Kitab Asy Syahadat, 16-Bab Idza Dzakaro Rojulun Rojulan]

Abu Musa berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mendengar seorang pria berlebih-lebihan dalam memuji seorang. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu bersabda,

أهْلَكْتُم- أو قطعتم ظهرَ – الرجل

Kalian telah membinasakan atau mematahkan punggung orang itu.”(Shahih): [Bukhari: 78-Kitab Al Adab, 54-Bab Maa Yukrohu Minat Tamaduh. Muslim: 53-Kitab Az Zuhd, hal. 67]

Dari Ibrahim At Taimiy dari ayahnya, ia berkata, “Kami duduk bersama Umar [ibnul Khaththab radliallahu ‘anhu]. Lalu ada seorang pria memuji orang lain yang berada di hadapannya. Umar lalu berkata,

عقرت الرجل، عقرك الله

Engkau telah menyembelih orang itu, semoga Allah menyembelihmu.”(Hasan secara sanad)
’Umar berkata,

المدح ذبح

Pujian itu adalah penyembelihan.”(Shahih secara sanad)

Muhammad (guru imam Bukhari-ed) berkata,

يعني إذا قبلها

(Hal itu berlaku) apabila ia senang akan pujian yang diberikan kepadanya.

Sebagiab besar ialah ketika kita lupa dengan maha pencipta sehingga membuat hati keras dan terlalu menginginkan dunia. Seseorang yang mendapat pujian lebih mudah jatuh daripada seseorang yang mendapat celaan dari orang lain. Ibnu ‘Ajibah mengatakan, “janganlah engkau tertipu dengan pujian orang lain yang menghampirimu. Sesungguhnya mereka yang memuji tidaklah mengetahui dirimu kecuali yang nampak saja bagi mereka. Sedangkan engkau sendiri yang mengetahui isi hatimu.

Ya, pujian memang bisa menjadi ancaman bagi diri kita sendiri. Terkadang kita hanya disibukan dengan urusan dunia demi mengejar sebuah pujian dari orang-orang disekitar. Padahal pujian yang kita dapat belum tentu sesuai dengan apa yang ada dalam diri kita sendiri. Bahkan pujian yang diterima dapat menjauhkan diri kita dari Dia, sang maha mengetahui segalanya.


Padahal dengan pujian seharusnya kita malu, karena seseorang hanya mengetahui apa yang ada diluar diri kita saja, mereka tidak mengetahui apa yang ada dalam diri kita. Tidak selamanya pujian yang kita dapat itu adalah penghargaan bagi diri kita. Tapi bisa jadi pujian itu adalah sebuah ancaman yang dapat menjatuhkan kita. Apalagi jika kita terlena dengan pujian itu dan malah menyombongkan diri. Pujian dari orang lain bisa jadi merupakan ujian yang harus kita taklukan.

Salah satu doa jika mendapat pujian “ya Allah, Engkau lebih mengetahui keadaan diriku sendiri dan aku lebih mengetahui keadaan diriku daripada mereka yang memujiku. Ya Allah jadikanlah diriku lebih baik dari yang mereka sangkakan, ampunilah aku terhadap apa yang mereka tidak ketahui dariku, dan janganlah menyiksaku dengan perkataan mereka.” (HR. Al Baihaqi)

Untuk itu, mari kita introspeksi diri kita sendiri atas prestasi yang kita raih agar kita tidak terjerumus pada tinggi hati yang membahayakan. Harus menyadari bahwa pujian yang kita terima tidak selamanya anugerah bagi diri kita, namun bisa menjadi ancaman yang sebenarnya. Pujian bisa menjadi ujian apakah kita berhak atas prestasi kita atau tidak. Jangan sampai kita terlena dengan pujian yang diberikan kepada diri kita. Selamat memperbaiki diri menjadi lebih baik karena-Nya.
Loading...
CopyAMP code

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Wahai Saudaraku, Janganlah Dirimu Terlena Akan Pujian, Karena Bisa Jadi Itu Bahaya Untukmu"

Posting Komentar